Di satu sore di ruang
kelas bimbel tempat saya mengajar, para siswa sedang asyik mendiskusikan rencana pemilihan jurusan di perkuliahan. Hari itu adalah hari terakhir mereka untuk
mendaftar di SBMPTN. Mereka sedang
mengamati angka-angka jumlah
peminat jurusan-jurusan di website
SBMPTN. Andi, salah satu siswa
bekasi yang cukup pintar tiba-tiba berteriak kegirangan : “alhamdulillah, jadi
deh gue pilih yang ini !, ternyata
masuknya ga susah-susah banget . Persaingannya ga begitu ketat”. Sementara
Aida, siswi berjilbab putih yang duduk di pojok kelas terlihat
pasrah. Dia mendapati pilihan jurusannya ternyata membludak
peminatnya tahun ini. Sementra daya tampungnya sangat sedikit.
Ketatnya
persaingan memang menjadi perhatian para
siswa pemburu bangku-bangku kuliah PTN.
Keputusan jadi atau tidaknya
memilih sebuah jurusan seringkali dipengaruhi oleh factor tersebut. Bila
jumlah peminat sebuah jurusan sangat banyak sementara daya tampungnya sangat
kecil, maka jurusan tersebut dianggap
sangat ketat persaingannya dan sebaliknya.
Cara membaca keketatan sebuah
prodi
Secara
umum, ketatnya sebuah persaingan dilihat
dari berapa jumlah peminatnya dan
seberapa banyak daya tampungnya
Contoh
:
·
SIPIL
UNSYIAH 2013
DAYA
TAMPUNG 24
JUMLAH
PEMINAT 1240
RASIO
1 : 51
Dibacanya
: setiap satu kursi diperebutkan oleh 51 orang.
Bandingkan
dengan jurusan ini :
·
SIPIL
UI 2013
DAYA
TAMPUNG 24
JUMLAH
PEMINAT 847
RASIO
1: 35
Dibacanya
: setiap 1 kursi diperebutkan oleh 35 orang
KESIMPULAN
: masuk SIPIL Unsyiah LEBIH SULIT daripada SIPIL UI.
Apakah
kesimpulan tersebut benar ?? Tentu saja
tidak. Kenapa karena siapapun tahu bahwa sipil UI salah satu jurusan sipil
terbaik di negeri ini.
Artinya
apa ? melihat ketatnya persaingan bisa keliru besar bila yang dipakai cara
seperti di atas.
Saya
menamakan cara di atas sebagai keketatan kuantitatif (keketatan jumlah peserta)
Sebaiknya
kita juga tahu cara yang lebih akurat.
Yang lebih menggambarkan keketatan yang sebenarnya. Saya menyebutnya sebagai keketatan kualitatif
(keketatan kualitas peserta)
Bagaimana
caranya ?
Semua
prodi/jurusan di PTN memiliki nilai batas
lulus, yang masing-masing berbeda-beda. Biasanya orang mengistilahkannya dengan
PASSING GRADE. Saya lebih suka menyebutnya NILAI NASIONAL.
Jadi
kalau kamu hendak mengetahui apakah sebuah prodi lebih ketat masuknya dari
prodi lain, maka lihatlah NILAI NASIONAL kedua prodi tersebut.
Contoh
: kita lihat kembali prodi SIPIL UI dan SIPIL UNSYIAH
·
Untuk lulus di SIPIL UNSYIAH kamu
harus memiliki Nilai Nasional minimal antara 500-525.
Nilai tersebut setara dengan mengerjakan sekitar 40 soal dari total 180
soal di SBMPTN
·
Untuk lulus di SIPIL UI kamu harus memiliki Nilai Nasional minimal
antara 700-725. Nilai tersebut setara
dengan mengerjakan sekitar 80 soal dari total 180 soal di SBMPTN
·
KESIMPULAN : masuk SIPIL Unsyiah LEBIH MUDAH daripada SIPIL UI.
Mungkin
muncul pertanyaan di benak adik-adik, apakah menggunakan ratio (keketatan
jumlah) sama sekali salah ? tentu saja tidak. Cara tersebut bisa digunakan kok,
asal kedua prodi yang ingin kita bandingkan punya NILAI NASIONAL sama.
Yuk,
saya kasih contoh nih :
Rasio bermanfaat bila 2 jurusan punya
Nilai Nasional sama lihat dua
prodi di bawah :
·
Akuntansi UNJ NILAI NASIONAL 650-675
·
Akuntansi UIN NILAI NASIONAL 650-675
Kalau
sama seperti di atas, maka lihatlah Rasionya :
·
Akuntansi UNJ 1: 35
·
Akuntansi UIN 1: 49
Kesimpulan
: Akuntansi UIN lebih ketat dari Akuntansi
UNJ.
Oke,
sudah paham ya. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMakasih informasinyanya kak ^^
BalasHapusMakasih informasinyanya kak ^^
BalasHapusKalau yg pakai % itu gimana kak cara bacanya? Misal akuntansi keketatan 0.87% dan sasing 1.78% lebih sulit mana kak?
BalasHapusSemakin kecil persentase, artinya jurusan tersebut semakin ketat
Hapuscara itung yg persen gimana? misal DT 80 peminat 735
BalasHapus80/735=... x 100= hasil persentase keketatan
BalasHapus