Dalam sesi tanya jawab
di parenting class, seorang ibu bercerita, anaknya (sebut saja Ardi) yang duduk
di kelas 12 SMA sempat
bersitegang dengan ayahnya masalah pemilihan jurusan di kuliah. Si ayah tidak setuju dengan jurusan pilihan anaknya. Alasannya jurusan itu tidak prospektif, susah
cari kerja karena kurang dibutuhkan dunia kerja. Sementara Ardi merasa jurusan itu pilihannya yang paling
oke, karena merasa cocok. Si ibu meminta
saran saya sebagai nara sumber.
Memilih jurusan yang
tepat dan sesuai di kuliah memang bukan perkara mudah. Banyak aspek yang perlu
dipertimbangkan. Karena ketepatan dan kesesuaian memilih jurusan dipengaruhi
oleh banyak factor. Semakin matang pertimbangan yang digunakan akan semakin
baik hasilnya.
Dalam kasus di atas,
ada dua factor yang muncul : pertama, factor propsek jurusan yang dijadikan
pegangan oleh ayah Ardi. Yang kedua factor kesesuaian/passion yang dipakai Ardi
dalam menetapkan pilihannya. Yuuk kita bahas dua factor tersebut.
1. Faktor
prospectus jurusan.
Prospek sebuah
jurusan sering diartikan seberapa banyak perusahaan-perusahaan (dunia kerja)
menyerap alumni jurusan tersebut. Bila banyak perusahaan yang membutuhkannya
itu artinya lulusannya mudah mencari kerja sehingga para alumninya tidak
mengganggur, maka jurusan itu dianggap
sangat prospek. Sebaliknya bila jurusan itu kurang dibutuhkan, maka para
alumninya akan sulit mencari pekerjaan, itu artinya jurusan tersebut kurang
prospek.
Jika kita melihat
lebih jauh mengenai prospek sebuah jurusan, ini sebenarnya terkait dengan
kebijakan pemerintah dalam menentukan kebijakan pembangunan. Bila kebijakan
pembangunan menitikberatkan pada sector migas, maka pemerintah akan membuka
lowongan pekerjaan di bidang migas, dan ini artinya jurusan perminyakan,
tambang, geologi, gas petrokimia sedang dibutuhkan. Bila pemerintah berencana
membangun proyek-proyek Pembangkit Listrik di tanah air, maka pemerintah akan
membutuhkan para engineer dari lulusan teknik elektro, teknik fisika, teknik
mesin untuk mensukseskan rencana tersebut. Begitu seterusnya pada bidang lain.
Ada kalanya kebijakan
ini direspon oleh perguruan tinggi
dengan membuka/menambah jumlah kursi (daya tampung) pada jurusan-jurusan
tersebut. Akibatnya lulusan jurusan-jurusan itu juga membludak. Dampaknya mencari
kerja di bidang tersebut menjadi tidak mudah juga dikarenakan ketatnya persaingan.
Namun tidak selamanya
berlaku demikian. Karena untuk membuka/menambah daya tampung, perguruan tinggi
harus mengukur kemampuannya. Ketersediaan dan tenaga pengajar, fasilitas
lab, sarana penunjang belajar menjadi pertimbangan mereka saat menambah/membuka
sebuah jurusan. Sehingga bias saja yang terjadi, sebuah jurusan yang lulusannya dibutuhkan
dalam jumlah banyak, tapi tetap menerima mahasiswa dengan daya tampung yang
sedikit. Sehingga lulusannya banyak dicari perusahaan, karena permintaan
terhadap jurusan itu meningkat.
Oleh sebab itu,
disarankan agar siswa/orang tua untuk mencari informasi terkait dengan prospek
jurusan di atas. Ini bisa dilakukan dengan membuka official website
jurusan/perguruan tinggi, departemen
tenaga kerja (depnaker) atau iklan
lowongan kerja di media.
Mempertimbangkan
prospek sebuah jurusan, seperti yang dilakukan ayah Ardi menurut saya hal yang
wajar. Orang tua mana yang tidak sedih bila melihat anaknya yang sudah
lulus kuliah tapi susah mendapatkan pekerjaan.
Tetapi memaksakan hal itu pada anak, menjadi kurang bijaksana. Alangkah lebih elok apabila itu didiskusikan
dengan terbuka sebagai bahan masukan sebelum mengambil keputusan.
2.Passion (something that is desired intensely)
Yang dimaksud dengan
passion adalah kombinasi antara kenikmatan, makna dan perasaan (combination of
Pleasure, Meaning and Emotion). Passion bersifat personal dan bermakna, yang memiliki muatan emosi
positif yang sangat kuat. Selanjutnya, muatan emosi positif inilah yang menjadi booster atau pendorong dalam membangkitkan
motivasi sehingga orang akan lebih terpacu dalam bekerja atau melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan passionnya.
Para pakar perencana karir sering memberikan nasihat seperti ini : “pilihlah jurusan/pekerjaan yang sesuai dengan passion kamu, niscaya kamu akan sukses”.
Sudah menjadi hukum
bahwa seseorang cenderung melakukan sesuatu yang dia sukai dan tidak mau
melakukan sesuatu yang tidak disukai. Perasaan bahagia (happiness) memiliki peran yang sangat penting bagi
kesuksesan seseorang. Bahkan menurut saya lebih berperan dari pada factor
kecerdasan, kemampuan akademis, finansial dan factor lainnya.
Seseorang yang
menyukai dunia lukisan, akan lebih mudah belajar melukis dan punya peluang
sukses lebih besar dari pada mereka yang tidak suka. Orang yang tidak suka
dengan lukis melukis bila dipaksa menjadi pelukis lebih berpeluang gagal
daripada peluang sukses. Kenapa ? karena rasa suka akan lukisan membuat
seseorang lebih memiliki motivasi. Motivasi lebih ini membuat dia lebih tekun
belajar, lebih sabar dan tidak mudah putus asa saat mengalami kesulitan dalam
belajar. Lebih mau berkorban saat diminta. Alhasil dia lebih berpeluang sukses
sebagi pelukis
Banyak kita jumpai
orang-orang sukses yang memulai karirnya lewat passion. Rudi Choirudin sukses
sebagai chef lewat passion . Rudi Hadisuwarno sukses sebagi penata rambut juga karena passion. Begitu pula Rudi Hartono, legenda bulutangkis
Indonesia. Di tingkat dunia kita mengenal nama besar seperti pesepakbola Argentina, Lionel
Messi, Bill Gates Bos MicroSoft, Hee
Ah Lee, pianis korea selatan yang hanya punya 4 jari tangan, dan sederet
orang-orang terkemuka lainnya, semua
mereka adalah orang-orang yang menyenangi dan menghayati pekerjaannya.
Dan menyenangi sertai
kemampuan memaknai pekerjaan adalah sarat mutlak untuk bias menjadi expert (ahli) di bidangnya. Bila seorang
dianggap ahli di bidangnya maka tidak
akan sulit baginya mencari pekerjaan. Justru dunia kerja yang akan mencarinya. Bahkan banyak perusahaan yang rela merogoh
koceknya lebih banyak demi mendapatkan seorang yang expert.
Jadi ? Kenali diri sebaik-baiknya. Kenali apa yang
menjadi passion anda. Kenali sesuatu
yang membuat anda merasa bermakna. Kemudian
cari informasi berbagai jurusan yang ditawarkan, cermati baik baik : mata
kuliahnya. Biasanya dari sana kamu
bias mengukur apakah cocok dengan kamu atau tidak ?
Lalu pilihlah jurusan yang “betul-betul” sesuai , bukan “kayaknya” kamu suka. Lalu setelah
itu kamu harus menjadikan yang lainnya sebagai bahan pertimbangan juga :
kemampuan akademis, kemampuan finansial orang tua, keketatan persaingan,
prospek jurusan dan yang lainnya. Semoga tulisan ini bermanfaat buat kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar