Selasa, 11 Maret 2014

Memilih Jurusan di Kuliah : Antara Prospek dan Passion



Dalam sesi  tanya jawab  di parenting class, seorang ibu bercerita,  anaknya (sebut saja Ardi)  yang duduk  di kelas 12 SMA sempat  bersitegang  dengan ayahnya  masalah pemilihan jurusan di kuliah.  Si ayah tidak setuju  dengan jurusan pilihan anaknya.  Alasannya jurusan itu tidak prospektif, susah cari kerja karena kurang dibutuhkan dunia kerja.  Sementara Ardi  merasa jurusan itu pilihannya yang paling oke,  karena merasa cocok. Si ibu meminta saran saya sebagai nara sumber.

Memilih jurusan yang tepat dan sesuai di kuliah memang bukan perkara mudah. Banyak aspek yang perlu dipertimbangkan. Karena ketepatan dan kesesuaian memilih jurusan dipengaruhi oleh banyak factor. Semakin matang pertimbangan yang digunakan akan semakin baik hasilnya.

Dalam kasus di atas, ada dua factor yang muncul : pertama, factor propsek jurusan yang dijadikan pegangan oleh ayah Ardi. Yang kedua factor kesesuaian/passion yang dipakai Ardi dalam menetapkan pilihannya. Yuuk kita bahas dua factor tersebut.

1.    Faktor prospectus jurusan.
Prospek sebuah jurusan sering diartikan seberapa banyak perusahaan-perusahaan (dunia kerja) menyerap alumni jurusan tersebut. Bila banyak perusahaan yang membutuhkannya itu artinya lulusannya mudah mencari kerja sehingga para alumninya tidak mengganggur,  maka jurusan itu dianggap sangat prospek. Sebaliknya bila jurusan itu kurang dibutuhkan, maka para alumninya akan sulit mencari pekerjaan, itu artinya jurusan tersebut kurang prospek.
Jika kita melihat lebih jauh mengenai prospek sebuah jurusan, ini sebenarnya terkait dengan kebijakan pemerintah dalam menentukan kebijakan pembangunan. Bila kebijakan pembangunan menitikberatkan pada sector migas, maka pemerintah akan membuka lowongan pekerjaan di bidang migas, dan ini artinya jurusan perminyakan, tambang, geologi, gas petrokimia sedang dibutuhkan. Bila pemerintah berencana membangun proyek-proyek Pembangkit Listrik di tanah air, maka pemerintah akan membutuhkan para engineer dari lulusan teknik elektro, teknik fisika, teknik mesin untuk mensukseskan rencana tersebut. Begitu seterusnya pada bidang lain.
Ada kalanya kebijakan  ini direspon oleh perguruan tinggi dengan membuka/menambah jumlah kursi (daya tampung) pada jurusan-jurusan tersebut. Akibatnya lulusan jurusan-jurusan itu juga membludak.  Dampaknya   mencari kerja di bidang tersebut menjadi tidak mudah juga dikarenakan  ketatnya persaingan.
Namun tidak selamanya berlaku demikian. Karena untuk membuka/menambah daya tampung, perguruan tinggi harus mengukur kemampuannya.  Ketersediaan dan tenaga pengajar, fasilitas lab, sarana penunjang belajar menjadi pertimbangan mereka saat menambah/membuka sebuah jurusan. Sehingga bias saja yang terjadi,  sebuah jurusan yang lulusannya dibutuhkan dalam jumlah banyak, tapi tetap menerima mahasiswa dengan daya tampung yang sedikit. Sehingga lulusannya banyak dicari perusahaan, karena permintaan terhadap jurusan itu meningkat.
Oleh sebab itu, disarankan agar siswa/orang tua untuk mencari informasi terkait dengan prospek jurusan di atas. Ini bisa dilakukan dengan membuka official website jurusan/perguruan tinggi,  departemen tenaga kerja (depnaker) atau  iklan lowongan kerja di media.
Mempertimbangkan prospek sebuah jurusan, seperti yang dilakukan ayah Ardi menurut saya hal yang wajar.  Orang tua mana yang  tidak sedih bila melihat anaknya yang sudah lulus kuliah tapi susah mendapatkan pekerjaan.  Tetapi memaksakan hal itu pada anak, menjadi kurang bijaksana.  Alangkah lebih elok apabila itu didiskusikan dengan terbuka sebagai bahan masukan  sebelum mengambil keputusan.

2.Passion  (something that is desired intensely)
Yang dimaksud dengan passion adalah kombinasi antara kenikmatan, makna dan perasaan (combination of Pleasure, Meaning and Emotion).  Passion bersifat personal dan bermakna, yang memiliki muatan emosi positif yang sangat kuat. Selanjutnya, muatan  emosi positif inilah yang menjadi booster atau  pendorong dalam membangkitkan motivasi sehingga orang akan lebih terpacu dalam bekerja atau melakukan aktivitas yang berhubungan dengan passionnya.

Para pakar perencana karir sering memberikan nasihat seperti ini : “pilihlah jurusan/pekerjaan yang sesuai dengan passion kamu, niscaya kamu akan sukses”. 
Sudah menjadi hukum bahwa seseorang cenderung melakukan sesuatu yang dia sukai dan tidak mau melakukan sesuatu yang tidak disukai. Perasaan bahagia (happiness)  memiliki peran yang sangat penting bagi kesuksesan seseorang. Bahkan menurut saya lebih berperan dari pada factor kecerdasan, kemampuan akademis, finansial dan factor lainnya.
Seseorang yang menyukai dunia lukisan, akan lebih mudah belajar melukis dan punya peluang sukses lebih besar dari pada mereka yang tidak suka. Orang yang tidak suka dengan lukis melukis bila dipaksa menjadi pelukis lebih berpeluang gagal daripada peluang sukses. Kenapa ? karena rasa suka akan lukisan membuat seseorang lebih memiliki motivasi. Motivasi lebih ini membuat dia lebih tekun belajar, lebih sabar dan tidak mudah putus asa saat mengalami kesulitan dalam belajar. Lebih mau berkorban saat diminta. Alhasil dia lebih berpeluang sukses sebagi pelukis

Banyak kita jumpai orang-orang sukses yang memulai karirnya lewat passion. Rudi Choirudin sukses sebagai  chef lewat  passion . Rudi Hadisuwarno  sukses sebagi penata rambut juga  karena passion.  Begitu pula Rudi Hartono, legenda bulutangkis Indonesia. Di tingkat dunia kita mengenal nama besar seperti  pesepakbola Argentina,  Lionel  Messi,  Bill Gates Bos MicroSoft,    Hee Ah Lee, pianis korea selatan yang hanya punya 4 jari tangan, dan sederet orang-orang terkemuka lainnya,  semua mereka adalah orang-orang yang menyenangi dan menghayati  pekerjaannya.
Dan menyenangi sertai kemampuan memaknai pekerjaan adalah sarat mutlak untuk bias menjadi expert  (ahli) di bidangnya. Bila seorang dianggap  ahli di bidangnya maka tidak akan sulit baginya mencari pekerjaan. Justru dunia kerja yang akan mencarinya.  Bahkan banyak perusahaan yang rela merogoh koceknya lebih banyak demi mendapatkan seorang yang expert.
Jadi ?  Kenali diri sebaik-baiknya. Kenali apa yang menjadi passion anda.  Kenali sesuatu yang membuat anda merasa bermakna.  Kemudian cari informasi berbagai jurusan yang ditawarkan, cermati baik baik : mata kuliahnya.  Biasanya  dari sana kamu  bias mengukur apakah cocok dengan kamu atau tidak ?
Lalu  pilihlah jurusan yang “betul-betul”  sesuai , bukan “kayaknya” kamu suka. Lalu setelah itu kamu harus menjadikan yang lainnya sebagai bahan pertimbangan juga : kemampuan akademis, kemampuan finansial orang tua, keketatan persaingan, prospek jurusan dan yang lainnya. Semoga tulisan ini bermanfaat buat kamu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar