SBMPTN 2014 hampir
tiba. Setelah pelaksanaan Ujian Nasional
14-16 April, maka siswa-siswi
kelas 12 SMA harus sudah bersiap kembali untuk menghadapi SBMPTN. Ada
banyak hal yang mesti disiapkan kalau mau sukses bersaing di seleksi yang
dianggap paling ketat itu. Diantara yang mesti disiapkan adalah masalah
penguasaan informasi. SBMPTN ibarat
peperangan. Dalam peperangan menguasai informasi merupakan kunci kemenangan.
Ibarat seorang tentara, calon peserta SBMPTN dia harus memiliki banyak
informasi yang berhubungan dengan medan tempurnya. Juga informasi yang berkait
dengan musuhnya. Dan informasi yang dia miliki syaratnya haruslah informasi
yang valid dan akurat. Informasi yang ga valid, semacam hoax, tidak boleh
dipercaya. Apalagi dijadikan dasar buat mengambil keputusan. Bila itu sampai
terjadi, maka keputusan yang diambilnya pasti salah dan akan menghancurkannya.
Di SBMPTN berita
hoax, informasi dusta, atau data ngawur sering muncul dan sampai ke siswa-siswa
calon peserta SBMPTN. Informasi itu biasanya seperti gossip. Tidak jelas
sumbernya dari mana, tapi sampai kemana-mana. Dia seperti pesan berantai yang
semakin lama beritanya semakin ngawur. Ironisnya, berita=berita seperti itu seringkali
dipercaya begitu saja dan ditelan mentah-mentah oleh calon peserta. Nah, Informasi dan berita yang seperti itulah
yang saya namakan Mitos SBMPTN.
Mitos-mitos di
seputar SBMPTN beragam sekali. Sebagian berhubungan dengan proses penilaian, ada
yang berkaitan dengan pilihan jurusan, proses pendaftaran atau urusan-urusan
non teknis. Meskipun beragam, ujungnya sama : menyesatkan !.
MITOS-MITOS
SBMPTN :
Mitos 2 : SBMPTN itu untung-untungan
atau gambling (perjudian).
Karena
kelulusan SBMPTN itu dipercaya sebagai factor keberuntungan (lucky). Seperti
permainan judi, pasang nomer kumpulkan lalu tunggu pengumuman. Bila beruntung
anda dapat hadiahnya. Bila ga dapat artinya anda belum beruntung. Karena persepsinya seperti
itu maka yang terjadi siswa merasa tidak perlu bersusah payah belajar. “Buat apa
belajar, percuma saja. Toh belajar serajin apapun ga ngaruh kalau ternyata dewa
keberuntungan belum memihak kepada saya “
demikian komentar sebagian siswa saat diminta untuk belajar dan berlatih soal.
menurut
saya mitos ini terjadi karena banyak hal yang melatarbelakanginya. Misalnya banyaknya
anak yang pintar di sekolah yang tidak lulus. Atau ada anak yang nilai try outnya
biasa saja tapi diumumkan lulus. Sebenarnya
hal ini bisa dijelaskan secara gamblang. Fahmi, murid
saya dari SMA Negeri yang terkenal di Jakarta dan anaknya sangat pintar, tidak
lulus SBMPTN. Sementara temannya yang berasal
dari sekolah “biasa saja” di
Bekasi lulus. Kasus di atas tidak bisa disimpulkan bahwa SBMPTN itu
untung-untungan.
Ini
mitos banget. Kenapa ? karena hasil SBMPTN, lulus atau tidak lulus sangat
tergantung dari kemampuan kita mengerjakan soal dan ketepatan memilih jurusan.
Fahmi yang pinter banget itu ternyata tidak lulus karena pilihan jurusannya
terlalu tinggi. Dia memilih STEI ITB (pilihan 1) dan Fak Kedokteran UI (pilihan
2). Nilai try out- nya memang bagus sekitar 825-an. Tapi dengan nilai seperti itu
pilihannya masih ketinggian. Ada banyak peserta yang nilai ujiannya diatas 900
memilih jurusan yang sama. Akibatnya Fahmi tidak lulus.
Tipsnya
: belajar terus, kuasai materi yang diujikan, berlatih soal, cari tahu nilai
nasional (nilai batas lulus) jurusan yang kamu pilih, lihat daya tampungnya
kemudian bandingkan dengan nilai TO kamu. Bila belum mencapai target, belajar
lagi.
Mitos 2 : Tempat Ujian Mempengaruhi
Kelulusan SBMPTN
Suatu
hari saat program persiapan SBMPTN sedang bergulir, siswa saya di kota Medan,
meminta restu kepada saya. Dia ingin pamit meninggalkan kota Medan menuju
Surabaya, kota di ujung Timur Pulau Jawa. Rencananya dia akan ikut ujian SBMPTN
di kota pahlawan.
Saat
saya Tanya kenapa harus ke Surabaya ? kenapa tidak di Medan saja ?
Dia
jawab : “soalnya saya mau memilih jurusan teknik perkapalan ITS pak…”. Lalu saya
bilang : :lalu apa kenapa harus ke Surabaya ? padahal tes di Medan pun ga
apa-apa”
Dia
bilang lagi : “ Peluang saya buat lulus ITS lebih besar bila saya ikut ujian di
kota Surabaya”
Benarkah
demikian ? apakah tempat ujian mempengaruhi kelulusan di SBMPTN ?
Yuk
kita cari informasi yang lebih akurat….!!
Di
halaman resmi (official web’s) panitia SBMPTN disebutkan :
“Seleksi
bersama dalam penerimaan mahasiswa baru di lingkungan PTN menggunakan pola
ujian tertulis secara nasional yang selama ini telah dilakukan menunjukkan
berbagai keuntungan dan keunggulan, baik bagi calon mahasiswa, PTN, maupun bagi
kepentingan nasional. Bagi calon mahasiswa, Ujian Tertulis sangat menguntungkan
karena lebih efisien, murah, dan fleksibel. Hal ini dikarenakan adanya
mekanisme lintas wilayah”.
Coba
perhatikan kalimat terakhir yang saya garis miring ini : “Bagi calon mahasiswa, Ujian Tertulis sangat menguntungkan karena lebih
efisien, murah, dan fleksibel. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme lintas
wilayah”.
Pada
kalimat ini jelas sekali maknanya bahwa mekanisme lintas wilayah dibuat justru
agar lebih efisien, murah dan fleksibel. Sehingga apabila ada peserta SBMPTN
yang tinggal di kota Medan, tidak harus ikut
ujian ke kota Surabaya. Yang tentu saja membutuhkan dana yang besar,
mulai dari ongkos pesawatnya, atau kereta apinya, belom hotelnya, belom
makannya dll (berarti tidak murah). Pindahan
pastinya makan waktu, paling tidak 2-3 hari (berarti tidak efisien). Dan yang
pasti sangat merepotkan, belajarnya menjadi terganggu, pasti juga ga focus,
banyak yang harus disiapin (artinya tidak fleksibel).
Bila
seandainya tempat ujian mempengaruhi kelulusan, ini artinya panitia SBMPTN
tidak konsisten dengan sistem ujian bersama yang mereka buat sendiri. Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar