Kamis, 13 Maret 2014

Mitos Seputar SBMPTN (bag 1)




SBMPTN 2014 hampir tiba. Setelah pelaksanaan Ujian Nasional  14-16 April, maka siswa-siswi  kelas 12 SMA harus sudah bersiap kembali untuk menghadapi SBMPTN. Ada banyak hal yang mesti disiapkan kalau mau sukses bersaing di seleksi yang dianggap paling ketat itu. Diantara yang mesti disiapkan adalah masalah penguasaan informasi.  SBMPTN ibarat peperangan. Dalam peperangan menguasai informasi merupakan kunci kemenangan. Ibarat seorang tentara, calon peserta SBMPTN dia harus memiliki banyak informasi yang berhubungan dengan medan tempurnya. Juga informasi yang berkait dengan musuhnya. Dan informasi yang dia miliki syaratnya haruslah informasi yang valid dan akurat. Informasi yang ga valid, semacam hoax, tidak boleh dipercaya. Apalagi dijadikan dasar buat mengambil keputusan. Bila itu sampai terjadi, maka keputusan yang diambilnya pasti salah dan akan menghancurkannya.


Di SBMPTN berita hoax, informasi dusta, atau data ngawur sering muncul dan sampai ke siswa-siswa calon peserta SBMPTN. Informasi itu biasanya seperti gossip. Tidak jelas sumbernya dari mana, tapi sampai kemana-mana. Dia seperti pesan berantai yang semakin lama beritanya semakin ngawur. Ironisnya, berita=berita seperti itu seringkali dipercaya begitu saja dan ditelan mentah-mentah oleh calon peserta.  Nah, Informasi dan berita yang seperti itulah yang saya namakan Mitos SBMPTN. 
Mitos-mitos di seputar SBMPTN beragam sekali. Sebagian berhubungan dengan proses penilaian, ada yang berkaitan dengan pilihan jurusan, proses pendaftaran atau urusan-urusan non teknis. Meskipun beragam, ujungnya sama : menyesatkan !.

MITOS-MITOS  SBMPTN :
Mitos 2 : SBMPTN itu untung-untungan atau gambling (perjudian).

Karena kelulusan SBMPTN itu dipercaya sebagai factor keberuntungan (lucky). Seperti permainan judi, pasang nomer kumpulkan lalu tunggu pengumuman. Bila beruntung anda dapat hadiahnya. Bila ga dapat  artinya anda  belum beruntung. Karena persepsinya seperti itu maka yang terjadi siswa merasa tidak perlu bersusah payah belajar. “Buat apa belajar, percuma saja. Toh belajar serajin apapun ga ngaruh kalau ternyata dewa keberuntungan belum memihak  kepada saya “ demikian komentar sebagian siswa saat diminta untuk belajar dan berlatih soal.

menurut saya mitos ini terjadi karena banyak hal yang melatarbelakanginya. Misalnya banyaknya anak yang pintar di sekolah yang tidak lulus. Atau ada anak yang nilai try outnya biasa saja  tapi diumumkan lulus. Sebenarnya hal ini bisa dijelaskan secara gamblang.  Fahmi,  murid saya dari SMA Negeri yang terkenal di Jakarta dan anaknya sangat pintar, tidak lulus SBMPTN. Sementara temannya yang berasal  dari sekolah “biasa saja”  di Bekasi lulus. Kasus di atas tidak bisa disimpulkan bahwa SBMPTN itu untung-untungan.


Ini mitos banget. Kenapa ? karena hasil SBMPTN, lulus atau tidak lulus sangat tergantung dari kemampuan kita mengerjakan soal dan ketepatan memilih jurusan. Fahmi yang pinter banget itu ternyata tidak lulus karena pilihan jurusannya terlalu tinggi. Dia memilih STEI ITB (pilihan 1) dan Fak Kedokteran UI (pilihan 2).  Nilai try out- nya memang bagus  sekitar 825-an. Tapi dengan nilai seperti itu pilihannya masih ketinggian. Ada banyak peserta yang nilai ujiannya diatas 900 memilih jurusan yang sama. Akibatnya Fahmi tidak lulus.

Tipsnya : belajar terus, kuasai materi yang diujikan, berlatih soal, cari tahu nilai nasional (nilai batas lulus) jurusan yang kamu pilih, lihat daya tampungnya kemudian bandingkan dengan nilai TO kamu. Bila belum mencapai target, belajar lagi.

Mitos 2 : Tempat Ujian Mempengaruhi Kelulusan SBMPTN

Suatu hari saat program persiapan SBMPTN sedang bergulir, siswa saya di kota Medan, meminta restu kepada saya. Dia ingin pamit meninggalkan kota Medan menuju Surabaya, kota di ujung Timur Pulau Jawa. Rencananya dia akan ikut ujian SBMPTN di kota pahlawan.

Saat saya Tanya kenapa harus ke Surabaya ? kenapa tidak di Medan saja ?
Dia jawab : “soalnya saya mau memilih jurusan teknik perkapalan ITS pak…”. Lalu saya bilang : :lalu apa kenapa harus ke Surabaya ? padahal tes di Medan pun ga apa-apa”
Dia bilang lagi : “ Peluang saya buat lulus ITS lebih besar bila saya ikut ujian di kota Surabaya”

Benarkah demikian ? apakah tempat ujian mempengaruhi kelulusan di SBMPTN ?
Yuk kita cari informasi yang lebih akurat….!!

Di halaman resmi (official web’s) panitia SBMPTN disebutkan :
“Seleksi bersama dalam penerimaan mahasiswa baru di lingkungan PTN menggunakan pola ujian tertulis secara nasional yang selama ini telah dilakukan menunjukkan berbagai keuntungan dan keunggulan, baik bagi calon mahasiswa, PTN, maupun bagi kepentingan nasional. Bagi calon mahasiswa, Ujian Tertulis sangat menguntungkan karena lebih efisien, murah, dan fleksibel. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme lintas wilayah”.

Coba perhatikan kalimat terakhir yang saya garis miring ini : “Bagi calon mahasiswa, Ujian Tertulis sangat menguntungkan karena lebih efisien, murah, dan fleksibel. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme lintas wilayah”. 

Pada kalimat ini jelas sekali maknanya bahwa mekanisme lintas wilayah dibuat justru agar lebih efisien, murah dan fleksibel. Sehingga apabila ada peserta SBMPTN yang tinggal di kota Medan, tidak harus ikut  ujian ke kota Surabaya. Yang tentu saja membutuhkan dana yang besar, mulai dari ongkos pesawatnya, atau kereta apinya, belom hotelnya, belom makannya dll  (berarti tidak murah). Pindahan pastinya makan waktu, paling tidak 2-3 hari (berarti tidak efisien). Dan yang pasti sangat merepotkan, belajarnya menjadi terganggu, pasti juga ga focus, banyak yang harus disiapin (artinya tidak fleksibel).

Bila seandainya tempat ujian mempengaruhi kelulusan, ini artinya panitia SBMPTN tidak konsisten dengan sistem ujian bersama yang mereka buat sendiri. Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar